8


Arloji yang terpakai di tangan Manda menunjukan pukul delapan malam, ia saat ini tengah melajukan mobilnya dengan pelan kala melewati daerah perkebunan teh yang amat luas.

Ia sengaja berkemudi dengan pelan agar tidak menabrak makhluk hidup yang sering menyebrang dengan tiba-tiba, saat ada kendaraan yang tengah melaju dengan kecepatan kencang.

Perkebunan teh itu nampak sepi, hanya beberapa lampu dengan jarak yang terpaut jauh menerangi jalanan. Sebenarnya Manda merasa takut akan suasana yang amat sunyi itu, apalagi daerah pedesaan yang masih sepi seperti ini rawan akan hal mistis ataupun bukan.

Tetapi ia bukan takut akan hal mistis tak kasat mata, melainkan ia takut akan manusia. Karena manusia dapat melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

“Wah anjir gue berangkat kenapa sore amat sih, merinding serius.”

Ia berbicara pada dirinya sendiri mencoba untuk tetap tenang, sampai ia melihat tikungan dengan lampu redup mendapati sosok dengan perawakan seperti seorang pria tengah menunduk.

Sesaat laju mobilnya berhenti, perasaan takutnya kian menjadi. Ia mulai membayangkan bagaimana jika ia berada dalam posisi bahaya, namun semua sirna kala sosok itu mendongakan kepalanya lalu memalingkan wajah menatap dirinya dibalik kemudi mobil.