256


Jeffry menoleh ketika pintu apartemen terbuka, menampakan sosok wanita yang sedari tadi ia tunggu kepulangannya. Lelaki itu segera menghampiri Disya lalu merengkuh sekejap tubuh penat sang wanitanya.

“Dianter siapa?” Tanya Jeffry segera.

“Kak Kavin, Julian tadi kan gak ikut lembur jadi aku minta dia aja yang nganterin, sekalian soalnya searah.” Jelas Disya dengan malas.

“Beneran?”

“Iyalah, kalo minta kak Wilfan nanti kamu marah.” Disya mendelik Jeffry, sedangkan lelaki itu mengangguk memberi respon.

“Yaudah, mandi dulu gih. Aku angetin dulu makanannya, biar nanti kamu langsung istirahat.”

“Oke.”

Disya melenggang menuju kamar meninggalkan Jeffry, sementara ia kini berjalan menuju dapur untuk melakukam tugasnya. Menghangatkan manakan yang ia beli saat diperjalanan.

Saat meraih kantung makanan itu, ponsel Jeffry berdering. Ketika ia melihat siapa yang meneleponnya ia sedikit terheran, namun dengan segera ia menjawabnya.

“Ngapa, Yud?”

“Lo dimana?”

“Rumah.”

“Apart Diaz, sekarang.”

“Lo.. disana lagi?”

“Ya ini cewe manggil gue mana sambil nangis yakali gue kaga gubris?”

Jeffry memejamkan matanya kala mendengar Yudha berkata demikian.

“Gue kaga ngarti sumpah, dia punya manager tapi ngapain nelpon gue sih? Atau pacarnya kek, lah gue?”

“Kali ini dia nangis kenapa?”

“Kaga tau, tapi gue liat dia pegang foto kek hasil usg gitu tadi.”

“Anjing, Yud. Gue sekarang kesana.”

Jeffry mematikan sambungan telponnya dengan cepat, ia harus segera pergi menuju apartemen sepupunya saat ini. Namun sebelum pergi, Jeffry dengan tergesa mengambil wadah makanan yang ia temukan di dekatnya untuk menghangatkan makanan kedalam microwave.

Bahkan tanpa pamit pada Disya, ia segera berlari meninggalkan rumahnya.