192
“Hai Jeff, Sya.”
Sapa Diaz kala perempuan itu memasuki mobil Jeffry yang menjemputnya di depan lobby apartemen.
“Hm, hai.”
“Gila Jeff gila, masa iya sore gini jam lima kita jalan ke Puncak sih?” Keluh Diaz secara tiba-tiba.
“Tanya yang punya hajat lah, gue mah ngikut aja.” Sahut Jeffry yang mulai melajukan kendaraannya menuju rumah Mega untuk menjemput Julian yang ingin pergi secara bersamaan.
“Siapa? Kak Theo?”
“Siapa lagi?” Jeffry mengendikan bahunya.
“Mendung ga sih?” Tanya Disya yang memperhatikan langit lewat kaca di dapannya.
“Nah kan, gue takutnya keujanan dijalan. Males banget, apalagi ke Puncak loh disana kan dingin kalo cuaca biasa aja apalagi kalo ujan.” Perempuan yang duduk di seat belakang itu masih saja mengeluh tanpa alasan.
“Lo kalo ga mau ikut ngapain ada disini deh gue tanya.” Jeffry melontarkan kalimat pada Diaz yang membuat perempuan itu mengerutkan keningnya dan mempoutkan bibirnya.
“Bosen aja di apart sendiri, lo pada mau trip yaudah ikut deh padahal gue masih agak capek dikit.”
“Yaudah gue puter balik nih nganterin lo balik ke apart kalo masih cape.”
“JANGAN JEFF AH ELO GA ASIK MASA IYA LO GAK MAU MAEN SAMA GUE SETELAH GUE KAGA PULANG DUA BULAN?”
“Baru dua bulan lo udah sekangen itu sama gue?”
“Ih kok goblok ya, lo sekarang jaga deh tingkah lo sama gue. Udah punya orang, yakali masih aja ngomong sebar-bar itu sama gue?”
“Emang gue ngomong apa, Diazyra??”
“Lo tuh ya, pura-pura atau gimana sih? Sya, maklumin ya suami lo emang gitu kelakuannya kadang.”
Disya yang sedari tadi diam mendengarkan ocehan mereka kini tersentak kala Diaz menyinggung namanya.
“Hah, eh? Oh tau nih maksudnya, tenang aja kok gue kan tau kalo kalian sepupuan apalagi kalian emang deket kan, gue juga bukan tipe yang strict kok.”
“Kali aja lo gak suka sama kedekatan gue gitu sama Jeff.”
“Engga lah, mana ada.”
“Nah kan, lo aja yang berlebihan.” Jeffry mendengus seraya menatap Diaz melalui Rear Vision Mirror.
“Ya kan gue agak agak throwback gitu.” Diaz segera memalingkan wajahnya menatap kaca mobil yang berada disampingnya, membuat Jeffry dan Disya bertatapan dalam diam.
“Kayaknya kita harus ke Shell dulu deh.” Jeffry berdecak.
“Yaudah, sekalian mau ke toilet.” Timpal Disya.
Jeffry memutar mobilnya menuju Shell yang sedikit terlewat, terlihat disana tidak terlalu banyak antrean hanya tiga mobil yang berada di depannya.
Disya segera melepas seat beltnya lalu tangannya meraih hanbag kecil, ia benar-benar membutuhkan toilet saat ini.
“Diaz, ikut ga ke toilet.”
“Engga deh.”
“Oke.”
Perempuan itu kemudian turun dari mobil lalu berjalan menuju toilet yang berada di pojok area Shell dengan sedikit tergesa.
Dan setelah ia memasuki toilet, ia menghela napas kasarnya. Dugaannya benar.
“My periode, ugh”