183


“Oh God.”

Disya menghembuskan nafas kasarnya seraya meletakan ponselnya pada nakas samping ranjang.

“Kenapa?”

“Kayaknya nanti disana yang waras cuma Mega sama Diaz doang deh.”

“Hah? Gimana?” Jeffry menyampingkan dirinya menghadap Disya.

“Jul katanya ngajak Ikhsan adeknya Mega, Tanya sama Ikhsan kalo udah berdua tuh kayak bocah yang ngerusuh banget, apalagi nanti Kanaya satu tipe sama Tanya Ikhsan, udahlah mereka pasti langsung match. Aku liat kelakuan Ikhsan sama Tanya kalo lagi kumat udah angkat tangan, jangan sampe nanti Kanaya terinfeksi kegilaan mereka.”

Jeffry hanya bisa menahan tawanya mendengar penuturan pasrah Disya akan prilaku temannya itu, ia juga tahu jika perempuan dihadapannya itu memiliki sifat sedikit tempramental, kemudian ia memperlihatkan layar ponsel miliknya pada Disya.

“Apa? Diaz? Ikut?”

Jeffry mengangguk.

“Oh iya Jeff, aku mau nanyain sesuatu tapi aku sadar kok kalo ini tuh bukan sesuatu yang harus aku ketahui tapi aku tuh kepo banget gila.”

“Nanya apa?”

Disya menyamakan posisinya, hingga mereka kini saling menatap.

“Soal Diaz dan kak Wilfan, mereka cerai kayaknya dengan engga baik ya?” Disya bertanya dengan hati-hati, ia takut menyinggung apalagi ia membawa nama Wilfan.

“Tadinya aku mau obrolin ini sama kamu, tapi timingnya gak pas, takutnya kamu kira aku jelekin atau merendahakan Wilfan. Tapi ini memang harus kamu tau, dan alasan ini alasan terbesar aku kenapa kamu harus jauhin Wilfan.”

“Merendahkan?”

“Diaz sama Wilfan udah nikah selama dua tahun dan mereka planning buat nunda dulu punya anak, tapi setelah tau Diaz hamil Wilfan gak mau itu. Wilfan menentang keras kehamilan Diaz, itu sesuatu yang aneh kan?”

“Awalnya Diaz acuh, dia pikir Wilfan masih sayang sama karir Diaz sendiri apalagi kalo setelah melahirkan takutnya Diaz ga bisa lanjut karir modeling. Dan gak ada sama sekali dia ngasih tau aku kalo Wilfan menentang soal kehamilan, tapi setelah usia empat bulan kehamilan Diaz dibawa ke rumah sakit.”

“Diaz keguguran.”

Disya masih bungkam, ia mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Jeffry. Lalu tanggannya menggenggam tangan milik Jeffry.

“Dari sana, semua keluarga Diaz termasuk aku mendesak untuk menggugat Wilfan.”

“Menggugat?”

“Dari hasil pemeriksaan dokter, ternyata Diaz mengonsumsi obat dan itu berakibat fatal pada janin Diaz, yang kasih obat itu Wilfan.”

“Jadi.. jangan bilang..–”

“He killed his baby.”